Playing music
+2
Chen In Xin
Cecillia E. Renderose
6 posters
Engraved Vow :: Away :: Memorial
Halaman 2 dari 2
Halaman 2 dari 2 • 1, 2
Re: Playing music
Entahlah... semua itu terlihat begitu indah dimata Cyn pada saat itu, Cyn hanya tersenyum tipis diwajahnya. Datar tanpa emosi, meskipun semua begitu tampak indah seharusnya, tetapi entah mengapa Cyn pada saat itu ingin kabur dari realita kehidupannya. Mencari tempat yang sunyi untuk dia dapat menyendiri dan tak ada yang menemani, kecuali dia. Cyn hanya tersenyum melihat kejadian disana dan berdiri dari tempatnya ia duduk sekarang, meninggalkan semua orang disana. Sendiri.
[out]
[out]
Cynthia R. Wardlast- Head of Family
- Jumlah posting : 24
Registration date : 25.01.09
ID Card
Race: Human
Job: Headmistress of Wardlast Family
Shoutout: This is Girl's Generation!
Re: Playing music
Tarik lidah itu keluar. Potong dengan tangan besimu yang dingin itu, Marion. Maka kau akan kembali merasakan sensasi darah segar mengalir dalam seluk beluk jemari pualammu.
Tanpa perlu dikomando gadis berambut orange itu menghentikan permainan pianonya, meletakkan kedua tangannya yang sedikit terkepal—sebelum kembali terbuka—di atas pahanya yang dibalut rok lipit pendek, menatap gadis yang memeluk boneka-nista itu dengan kedua bola mata emasnya. Menatapnya enggan, seakan melihat setumpuk mayat busuk yang bergelimang dengan cacing-cacing kecil beserta serangga-serangga rendah lainnya yang girang mendapatkan makanan untuk mereka.
Sungguh. Tidak. Masuk. Akal.
Marion JAUH lebih lama hidup dari seluruh makhluk yang berada di ruangan ini, tahu—dan tentu, sudah berapa lama kau hidup, eh, bocah busuk? Mph, jangan kira wajah manis-dengan-senyum-abadinya tidak menampakkan ekspresi lain, di dalam benak Marion, tentunya. Oh, ia tidak bodoh. Atau mungkin kau yang terlalu pintar, begitu? Sebagaimana orang memiliki ingatan fotografis—jika makhluk cebol ini memang memilikinya—pada umur berapa kau lahir, eh? Ah, realistislah sedikit. Realistis.
Kau. Bukan. Seorang. Jenius. Yang. Mendadak. Sok. Tahu.
Sungguh, sangat tidak masuk akal! Mph, scheibe.
“Realistis sekali,” bisiknya dengan suara semanis madu seraya tersenyum singkat pada si Cebol. Kedua bola mata emasnya berpendar lurus menatap dua orang yang dikenalnya. Marion menari cepat, tak kentara, dengan gerakannya yang luwes dan tanpa suara mengikuti Cyn, sang Tuan Rumah, keluar ruang teater seraya mengerling pada salah satu diantara dua gadis Asia itu.
Ya. Mereka merasakan hal yang sama. Sudah cukup hal-hal yang tak masuk akal bagi mereka, setidaknya. “Avancé, Xin.”
(out)
Tanpa perlu dikomando gadis berambut orange itu menghentikan permainan pianonya, meletakkan kedua tangannya yang sedikit terkepal—sebelum kembali terbuka—di atas pahanya yang dibalut rok lipit pendek, menatap gadis yang memeluk boneka-nista itu dengan kedua bola mata emasnya. Menatapnya enggan, seakan melihat setumpuk mayat busuk yang bergelimang dengan cacing-cacing kecil beserta serangga-serangga rendah lainnya yang girang mendapatkan makanan untuk mereka.
Sungguh. Tidak. Masuk. Akal.
Marion JAUH lebih lama hidup dari seluruh makhluk yang berada di ruangan ini, tahu—dan tentu, sudah berapa lama kau hidup, eh, bocah busuk? Mph, jangan kira wajah manis-dengan-senyum-abadinya tidak menampakkan ekspresi lain, di dalam benak Marion, tentunya. Oh, ia tidak bodoh. Atau mungkin kau yang terlalu pintar, begitu? Sebagaimana orang memiliki ingatan fotografis—jika makhluk cebol ini memang memilikinya—pada umur berapa kau lahir, eh? Ah, realistislah sedikit. Realistis.
Kau. Bukan. Seorang. Jenius. Yang. Mendadak. Sok. Tahu.
Sungguh, sangat tidak masuk akal! Mph, scheibe.
“Realistis sekali,” bisiknya dengan suara semanis madu seraya tersenyum singkat pada si Cebol. Kedua bola mata emasnya berpendar lurus menatap dua orang yang dikenalnya. Marion menari cepat, tak kentara, dengan gerakannya yang luwes dan tanpa suara mengikuti Cyn, sang Tuan Rumah, keluar ruang teater seraya mengerling pada salah satu diantara dua gadis Asia itu.
Ya. Mereka merasakan hal yang sama. Sudah cukup hal-hal yang tak masuk akal bagi mereka, setidaknya. “Avancé, Xin.”
(out)
Terakhir diubah oleh Marion E. Gevanni tanggal Tue Feb 03, 2009 11:25 pm, total 1 kali diubah
Marion E. Gevanni- Citizen
- Jumlah posting : 7
Age : 30
Registration date : 26.01.09
ID Card
Race: Vampire
Job: Freelancer - Ngerecokin yg lainnya.
Shoutout: "All humans will, without exception, eventually die. Once dead, they can never come back to life."
Re: Playing music
Anyway. Sudah selesai Xin menostalgia tentang kenangan-kenangan keluarganya dan Arnette melalui lagu yang dinyanyikannya tadi. Sudah cukup baginya untuk mengenang semua masa lalunya itu. Manusia tidak hidup hanya karena masa lalunya saja, tetapi mereka juga hidup untuk masa sekarang dan terlebih lagi masa depan. Bukan berati masa lalu bukan sesuatu yang penting. Hanya saja masa lalu tidak perlu dijadikan sebuah patokan untuk masa sekarang. Masih banyak hal yang bisa Xin lakukan untuk mengubah masa depannya. Senyum tipis masih belum hilang sepenuhnya dari wajah Xin. Cyn masih berada di sampingnya. Dan Marion juga terlihat menemukan sesuatu yang menarik? Gadis itu memang senang untuk bersenang-senang. Xin melirik jam arloji tua yang dibelinya di pasar, sudah cukup lama ia berada di ruangan ini.
"Maaf ya Xin, yang lainnya aku ada keperluan, jadi aku pergi dulu ya...Tuan Killain senang berjumpa denganmu, semoga di lain waktu kita bisa bertemu lagi ya.." Xin menganggukkan kepalanya ringan, mengantar Camile yang sepertinya memiliki keperluan lain sehingga ia tidak bisa bersama mereka untuk waktu yang lebih lama. Sebenarnya Xin juga. Diliriknya Marion, janji harus dipenuhinya. Tadi mereka juga barusan membuat kesepakatan. Xin tidak ingin membuang banyak waktu kalau memang hal tersebut bisa dilakukannya dengan cepat. Tanpa menunda apapuin lagi. Banyak waktu yang bisa disimpannya untuk lain hal yang lebih berguna. Ada seorang pemuda juga berambut pirang melangkahkan kedua kakinya mendekati mereka. Tampaknya seseorang yang Cecilia kenal. Boneka lumba-lumba itu kini berada di wajah Cecillia, menutupi wajahnya.
Marion tampak ingin bernostalgia seperti Xin? Dentingan suara piano lembut merdu kembali menggema di ruangan besar itu. “—Winter Sleep.” Ujar Marion. Jemarinya dengan lincah seakan menari di atas tuts piano dengan rapi. Andaikan Xin juga bisa memainkan alat musik. Yang Xin tahu hanyalah ia bisa bernyanyi. Musik memang menjadi sebuah bagian yang tak terpisahkan dari dirinya dan manusia. Bukankah begitu? Musik bisa membuat seseorang merasa tenang, bisa membuat seseorang menangis, bisa membuat seseorang senang, bahkan marah. Lantunan melodi bisa merubah perasaan dan emosi seseorang. Bisa memberikan semangat kepada yang mendengarkannya. Ketakutan. Cecillia tampak juga ikut bernyanyi bersama alunan piano Marion. Sudah saatnya Xin melakukan apa yang harus dilakukannya. Cyn tahu-tahu sudah meninggalkan mereka tanpa mengucapkan sepatah kata-pun. Seperti biasanya.
“Cecillia, sepertinya aku harus balik terlebih dahulu untuk melunasi janjiku dengan gadis itu (Marion).” Xin berdiri dan tersenyum kepada Cecillia lalu kepada pemuda berambut pirang yang datang tersebut. Xin memberikan isyarat kepada Marion agar gadis itu bisa ikut bersamanya. “Sampai jumpa kembali, Cecillia. Senang bisa bertemu denganmu.” sahut Xin ramah dan tersenyum lembut kepada anak perempuan itu lalu meninggalkan gedung teater.
[Out]
"Maaf ya Xin, yang lainnya aku ada keperluan, jadi aku pergi dulu ya...Tuan Killain senang berjumpa denganmu, semoga di lain waktu kita bisa bertemu lagi ya.." Xin menganggukkan kepalanya ringan, mengantar Camile yang sepertinya memiliki keperluan lain sehingga ia tidak bisa bersama mereka untuk waktu yang lebih lama. Sebenarnya Xin juga. Diliriknya Marion, janji harus dipenuhinya. Tadi mereka juga barusan membuat kesepakatan. Xin tidak ingin membuang banyak waktu kalau memang hal tersebut bisa dilakukannya dengan cepat. Tanpa menunda apapuin lagi. Banyak waktu yang bisa disimpannya untuk lain hal yang lebih berguna. Ada seorang pemuda juga berambut pirang melangkahkan kedua kakinya mendekati mereka. Tampaknya seseorang yang Cecilia kenal. Boneka lumba-lumba itu kini berada di wajah Cecillia, menutupi wajahnya.
Marion tampak ingin bernostalgia seperti Xin? Dentingan suara piano lembut merdu kembali menggema di ruangan besar itu. “—Winter Sleep.” Ujar Marion. Jemarinya dengan lincah seakan menari di atas tuts piano dengan rapi. Andaikan Xin juga bisa memainkan alat musik. Yang Xin tahu hanyalah ia bisa bernyanyi. Musik memang menjadi sebuah bagian yang tak terpisahkan dari dirinya dan manusia. Bukankah begitu? Musik bisa membuat seseorang merasa tenang, bisa membuat seseorang menangis, bisa membuat seseorang senang, bahkan marah. Lantunan melodi bisa merubah perasaan dan emosi seseorang. Bisa memberikan semangat kepada yang mendengarkannya. Ketakutan. Cecillia tampak juga ikut bernyanyi bersama alunan piano Marion. Sudah saatnya Xin melakukan apa yang harus dilakukannya. Cyn tahu-tahu sudah meninggalkan mereka tanpa mengucapkan sepatah kata-pun. Seperti biasanya.
“Cecillia, sepertinya aku harus balik terlebih dahulu untuk melunasi janjiku dengan gadis itu (Marion).” Xin berdiri dan tersenyum kepada Cecillia lalu kepada pemuda berambut pirang yang datang tersebut. Xin memberikan isyarat kepada Marion agar gadis itu bisa ikut bersamanya. “Sampai jumpa kembali, Cecillia. Senang bisa bertemu denganmu.” sahut Xin ramah dan tersenyum lembut kepada anak perempuan itu lalu meninggalkan gedung teater.
[Out]
Chen In Xin- Citizen
- Jumlah posting : 17
Registration date : 30.01.09
ID Card
Race: Human
Job: Freelancer
Shoutout: 雨下整夜 我的愛溢出就像雨水
Re: Playing music
"Um..." mata birunya berdelik ke sana kemari, masih merasa malu melihat orang2 yang baru berkenalan dengannya ataupun sudah mengenalnya. Cecillia menutup wajahnya pada boneka lumba2nya lalu mengangguk. "Kakak Killian sendiri?" tanya baliknya.
"Aku? Biasa habis bolos jalan2....hehe..." canda Killian nyengir walaupun setengahnya benar juga=))
Satu persatu gadis2 disitu mulai meninggalkan ruangan teater itu dan tinggallah Killian hanya berdua dengan Cecill....
"Sekarang cuma tinggal kita berdua, gimana? Mau kuantarkan pulang?" tawar Killian kepada Cecill
OOT:@Cecill: Kalo mau ntar Aku OUT-in Cecill sekaligus sama Killian di post selanjutnya abis nerima jawaban dari Cecill
"Aku? Biasa habis bolos jalan2....hehe..." canda Killian nyengir walaupun setengahnya benar juga=))
Satu persatu gadis2 disitu mulai meninggalkan ruangan teater itu dan tinggallah Killian hanya berdua dengan Cecill....
"Sekarang cuma tinggal kita berdua, gimana? Mau kuantarkan pulang?" tawar Killian kepada Cecill
OOT:@Cecill: Kalo mau ntar Aku OUT-in Cecill sekaligus sama Killian di post selanjutnya abis nerima jawaban dari Cecill
Killian R.Erilliano- Police
- Jumlah posting : 118
Lokasi : Di tempat tawuran=))
Registration date : 29.01.09
ID Card
Race: Human
Job: Scotland Yard's MIT Assistant
Shoutout: Kill! Destroy! Fight!=))
Re: Playing music
OOT: ok :3
Satu-persatu para gadis yang baru ia kenal itu sudah meninggalkan tempat. Hm, apa semua wanita selalu sibuk ya? Vittoria dan Seiron juga sangat sibuk akan pekerjaan.
Kemudian Killian mengajak Cecillia untuk pulang. Gadis cilik itu mengangguk 'ya', merespon jawaban pemuda itu.
Satu-persatu para gadis yang baru ia kenal itu sudah meninggalkan tempat. Hm, apa semua wanita selalu sibuk ya? Vittoria dan Seiron juga sangat sibuk akan pekerjaan.
Kemudian Killian mengajak Cecillia untuk pulang. Gadis cilik itu mengangguk 'ya', merespon jawaban pemuda itu.
Cecillia E. Renderose- Police
- Jumlah posting : 93
Registration date : 29.01.09
ID Card
Race: Human
Job: Detective
Shoutout: "Um... it's nice to meet you..." *hugs the doll*
Re: Playing music
Gadis cilik itu mengangguk 'ya', merespon jawaban pemuda itu.
Killian tersenyum mendengar jawaban Cecill, dia kemudian naik ke atas panggung (panggung itu letaknya emang tinggi kan?) lalu menggandeng Cecill seperti pada saat di area pertokoan waktu itu...
"Ayo.." ajak Killian yang lalu berjalan keluar dari gedung teater itu bersama seorang gadis cilik di samping yang sedang digandengnnya...
[OUT With Cecill]
Killian tersenyum mendengar jawaban Cecill, dia kemudian naik ke atas panggung (panggung itu letaknya emang tinggi kan?) lalu menggandeng Cecill seperti pada saat di area pertokoan waktu itu...
"Ayo.." ajak Killian yang lalu berjalan keluar dari gedung teater itu bersama seorang gadis cilik di samping yang sedang digandengnnya...
[OUT With Cecill]
Killian R.Erilliano- Police
- Jumlah posting : 118
Lokasi : Di tempat tawuran=))
Registration date : 29.01.09
ID Card
Race: Human
Job: Scotland Yard's MIT Assistant
Shoutout: Kill! Destroy! Fight!=))
Halaman 2 dari 2 • 1, 2
Engraved Vow :: Away :: Memorial
Halaman 2 dari 2
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|